Minggu, 29 Desember 2013

PROFIL DESA NELAYAN DESA KLUWUT BULAKAMBA BREBES


Profil
Brebes merupakan salah satu wilayah kabupaten di Jawa Tengah yang terletak di wilayah pantai utara (pantura) pulau Jawa. Hal ini menjadikan kabupaten Brebes sebagai wilayah penghasil komoditi  laut yang potensif. Desa Kluwut, salah satu desa yang masuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes, merupakan salah satu desa yang dijadikan sebagai pusat aktivitas nelayan. Desa Kluwut terletak di sebelah barat pusat kecamatan Bulakamba dan dilalui oleh jalur utama Pantai Utara (Pantura). Jika kita melewati jembatan di sebelah barat kantor kelurahan Desa Kluwut, suasana sebagai desa nelayan memang begitu nampak jelas dengan adanya pemandangan melabuhnya ratusan kapal nelayan di sepanjang Sungai Kluwut. Di desa kluwut ini juga terdapat Pusat Pendaratan Ikan dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang cukup besar.
Di Kabupaten Brebes sendiri sebenarnya terdapat beberapa desa nelayan. Namun dari sekian banyak desa nelayan, Kluwut merupakan desa nelayan yang paling besar di wilayah Brebes. Terdapat sekitar 160 kelompok nelayan di Kluwut, dimana setiap kelompok nelayan terdiri dari 5 sampai 10 nelayan dan diketuai oleh seorang nakhoda kapal. Setiap kelompok memiliki satu kapal besar sebagai sarana operasional mencari ikan. Berbeda dengan desa nelayan Pulogading atau Sawojajar yang hanya terdiri dari nelayan-nelayan kecil dengan perahu-perahu kecil. Umumnya nelayan-nelayan kluwut merupakan penduduk local, namun ada beberapa nelayan yang berasal dari luar wilayah Brebes seperti Tegal dan Cirebon.
Setidaknya ada dua kelompok masyarakat nelayan di desa ini; yakni kelompok pencari ikan (nelayan) dan kelompok pengolah, penampung sekaligus pemasar (distributor). Dari sekitar 160 kelompok nelayan ada 3 orang yang bertugas untuk mengkordinir (ketua wilayah) beberapa kelompok nelayan. Parkir kapal paling selatan (yang paling dekat dengan jaan raya Pantura) dikordinir oleh Bapak Tasori, paling utara dikoordinir oleh Bapak Sugeng dan di antara tempat parker utara dan selatan (tengah) dikoordinir oleh Bapak Warih. Ketiga pemimpin wilayah ini berada di bawah koordinasi seorang ketua nelayan keseluruhan, yakni Bapak Damir. Biasanya para ketua nelayan ini disebut sebagai lurah (lurahnya nelayan). Para nelayan yang tidak melaut biasanya berkumpul di Ranggon, yakni tempat berkumpulnya para nelayan.
            Kelompok selanjutnya adalah kelompok pengolah, penampung sekaligus pemasar (distributor). Kelompok ini mempunyai tugas untuk mengolah, menampung dan memasarkan ikan hasil tangkapan nelayan. Distribusi hasil laut dilakukan ke wilayah Brebes sendiri dan juga ke luar wilayah Brebes. Kelompok ini sangat mudah ditemui, karena biasanya mereka berkumpul di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang berada tidak jauh dari jalan raya Pantura (sekitar 100 meter utara jalan raya).

Dinamika Masyarakat Nelayan
            Sudah menjadi ketentuan alam bahwa kehidupan masyarakat tidak akan pernah lepas dari masalah dan dinamika, begitu juga dengan kelompok masyarakat nelayan ini. Berikut adalah beberapa masalah yang tengah dihadapi oleh masyarakat nelayan desa Kluwut:
1.      Prosedur pembuatan surat kapal (semacam STNK bagi kapal) rumit
Sebagaimana STNK pada kendaraan darat, kendaraan laut juga harus disertai dengan surat-surat identitas. Dan terdapat sekitar 12 surat untuk sebuah kapal yang memiliki masa berlaku yang berbeda-beda sehingga menyulitkan para nelayan untuk beroperasi. Para nelayan berharap, pembuatan dan keberlakuan keduabelas surat itu dapat dilakukan secara bersamaan, sebab keberlakuan yang berbeda membuat kesulitan prosedur dan tentu menghambat operasional kapal dalam mencari ikan.
2.      Pendangkalan sungai Kluwut
Pendangkalan ini sudah terjadi selama bertahun-tahun dan belum ada tindakan efektif dari pemerintah. Pendangkalan mengakibatkan sulitnya akses kapal dari sungai (TPI) ke muara (laut), dan mengakibatkan kapal membutuhkan waktu berhari-hari untuk menuju ke laut atau sebaliknya.
3.      Akses penjualan hasil laut ke Tegal yang susah
Pemerintah Kota Tegal enggan menerima masuknya kapal-kapal dari Brebes disebabkan meningkatnya jumlah nelayan local (dari Tegal sendiri). Terkait dengan dinamika kedua, kesulitan akses ke Tegal dan kesulitan akses   masuk ke Pusat Pendaratan Ikan di Kluwut karena pendangkalan menjadi masalah serius dan perlu menjadi perhatian.

Masalah alam (seperti cuaca dsb) tidak menjadi masalah berarti bagi para nelayan. Sebab para nelayan sudah sangat paham menghadapi kondisi-kondisi alam yang dapat menghambat proses mencari ikan dan mereka mempunyai trik-trik sendiri dalam menghadapi kondisi alam.


Sumber:
Wawancara dengan Bapak Tasori (Nelayan) dan Bapak Rosikhin (Tokoh Masyarakat Desa Kluwut)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar