Profil
Brebes merupakan salah satu wilayah
kabupaten di Jawa Tengah yang terletak di wilayah pantai utara (pantura) pulau
Jawa. Hal ini menjadikan kabupaten Brebes sebagai wilayah penghasil
komoditi laut yang potensif. Desa
Kluwut, salah satu desa yang masuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan
Bulakamba Kabupaten Brebes, merupakan salah satu desa yang dijadikan sebagai
pusat aktivitas nelayan. Desa Kluwut terletak di sebelah barat pusat kecamatan
Bulakamba dan dilalui oleh jalur utama Pantai Utara (Pantura). Jika kita
melewati jembatan di sebelah barat kantor kelurahan Desa Kluwut, suasana sebagai desa nelayan memang begitu nampak
jelas dengan adanya pemandangan melabuhnya ratusan kapal nelayan di sepanjang
Sungai Kluwut. Di desa kluwut ini juga terdapat Pusat Pendaratan Ikan dan
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang cukup besar.
Di Kabupaten Brebes sendiri
sebenarnya terdapat beberapa desa nelayan. Namun dari sekian banyak desa
nelayan, Kluwut merupakan desa nelayan yang paling besar di wilayah Brebes.
Terdapat sekitar 160 kelompok nelayan di Kluwut, dimana setiap kelompok nelayan
terdiri dari 5 sampai 10 nelayan dan diketuai oleh seorang nakhoda kapal.
Setiap kelompok memiliki satu kapal besar sebagai sarana operasional mencari
ikan. Berbeda dengan desa nelayan Pulogading atau Sawojajar yang hanya terdiri
dari nelayan-nelayan kecil dengan perahu-perahu kecil. Umumnya nelayan-nelayan
kluwut merupakan penduduk local, namun ada beberapa nelayan yang berasal dari
luar wilayah Brebes seperti Tegal dan Cirebon.
Setidaknya ada dua kelompok
masyarakat nelayan di desa ini; yakni kelompok pencari ikan (nelayan) dan
kelompok pengolah, penampung sekaligus pemasar (distributor). Dari sekitar 160
kelompok nelayan ada 3 orang yang bertugas untuk mengkordinir (ketua wilayah)
beberapa kelompok nelayan. Parkir kapal paling selatan (yang paling dekat
dengan jaan raya Pantura) dikordinir oleh Bapak Tasori, paling utara
dikoordinir oleh Bapak Sugeng dan di antara tempat parker utara dan selatan
(tengah) dikoordinir oleh Bapak Warih. Ketiga pemimpin wilayah ini berada di
bawah koordinasi seorang ketua nelayan keseluruhan, yakni Bapak Damir. Biasanya
para ketua nelayan ini disebut sebagai lurah
(lurahnya nelayan). Para nelayan yang tidak melaut biasanya berkumpul di
Ranggon, yakni tempat berkumpulnya para nelayan.
Kelompok
selanjutnya adalah kelompok pengolah, penampung sekaligus pemasar
(distributor). Kelompok ini mempunyai tugas untuk mengolah, menampung dan
memasarkan ikan hasil tangkapan nelayan. Distribusi hasil laut dilakukan ke
wilayah Brebes sendiri dan juga ke luar wilayah Brebes. Kelompok ini sangat
mudah ditemui, karena biasanya mereka berkumpul di Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
yang berada tidak jauh dari jalan raya Pantura (sekitar 100 meter utara jalan
raya).
Dinamika Masyarakat
Nelayan
Sudah
menjadi ketentuan alam bahwa kehidupan masyarakat tidak akan pernah lepas dari
masalah dan dinamika, begitu juga dengan kelompok masyarakat nelayan ini. Berikut
adalah beberapa masalah yang tengah dihadapi oleh masyarakat nelayan desa
Kluwut:
1. Prosedur
pembuatan surat kapal (semacam STNK bagi kapal) rumit
Sebagaimana STNK pada kendaraan darat, kendaraan laut juga harus disertai
dengan surat-surat identitas. Dan terdapat sekitar 12 surat untuk sebuah kapal
yang memiliki masa berlaku yang berbeda-beda sehingga menyulitkan para nelayan
untuk beroperasi. Para nelayan berharap, pembuatan dan keberlakuan keduabelas
surat itu dapat dilakukan secara bersamaan, sebab keberlakuan yang berbeda membuat
kesulitan prosedur dan tentu menghambat operasional kapal dalam mencari ikan.
2. Pendangkalan
sungai Kluwut
Pendangkalan ini sudah terjadi selama bertahun-tahun dan belum ada
tindakan efektif dari pemerintah. Pendangkalan mengakibatkan sulitnya akses kapal
dari sungai (TPI) ke muara (laut), dan mengakibatkan kapal membutuhkan waktu
berhari-hari untuk menuju ke laut atau sebaliknya.
3. Akses penjualan
hasil laut ke Tegal yang susah
Pemerintah
Kota Tegal enggan menerima masuknya kapal-kapal dari Brebes disebabkan
meningkatnya jumlah nelayan local (dari Tegal sendiri). Terkait dengan dinamika
kedua, kesulitan akses ke Tegal dan kesulitan akses masuk ke Pusat Pendaratan Ikan di Kluwut
karena pendangkalan menjadi masalah serius dan perlu menjadi perhatian.
Masalah alam (seperti cuaca dsb)
tidak menjadi masalah berarti bagi para nelayan. Sebab para nelayan sudah
sangat paham menghadapi kondisi-kondisi alam yang dapat menghambat proses
mencari ikan dan mereka mempunyai trik-trik sendiri dalam menghadapi kondisi
alam.
Sumber:
Wawancara dengan Bapak Tasori (Nelayan) dan Bapak Rosikhin (Tokoh
Masyarakat Desa Kluwut)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar